Dengan banyaknya permintaan smartphone dan banyaknya vendor tentunya akan meningkatkan persaingan penjualan, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi pembeli/customer karena pembeli bisa memilih tipe smartphone yang lebih cocok dengan dana(budget) dan kebutuhan masing-masing. Jika dahulu kita hanya kenal vendor-vendor besar seperti Samsung, Motorolla, Nokia, HTC, Blackberry. Maka persaingan saat ini diramaikan oleh ratusan vendor baik dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Polytron,Hisense, Evercoss, Huawei, Lenovo, Xiaomi, Meizu, OnePlus dan begitu banyak vendor lain terutama dari smartphone dari negara tirai bambu. Yang sangat menarik dari vendor-vendor baru ini adalah Xiaomi.

- Mi Phone - High-end/Produk dengan spesifikasi tinggi (Mi 4/Mi 4i/Mi 5/Mi Note)
- Redmi Phone - Middle-Low-End/Produk dengan spesfikasi dan komponen dibawah Mi-Phone (Redmi Note 3G, Redmi 1, Redmi Note 3...)
Nah kembali lagi kemasalah harga akan coba diambil contoh dua merek yang menggunakan spesifikasi tidak terlalu jauh berbeda :
- Samsung Galaxy A9 (2016)
- Chipset : Qualcomm MSM8976 Snapdragon 652
- CPU: Quad-core 1.8 GHz Cortex-A72 & quad-core 1.2 GHz Cortex-A53
- GPU: Adreno 510
- Internal 32GB // RAM : 3 GB
- Harga Rp 8.700.000,-
- Redmi Note 3 Snapdragon
- Chipset : Qualcomm MSM8976 Snapdragon 650
- CPU: Quad-core 1.4 GHz Cortex-A53 & Dual-core 1.8 GHz Cortex-A72
- GPU: Adreno 510
- Internal 32GB // RAM : 3 GB
- Harga Rp 2.6000.000,- (distributor ~ jika resmi masuk mungkin kisaran 3 jt)
Perbandingan detail pada situs GSMArena, dan memang secara detail spesifikasi Samsung Galaxy A9 lebih baik dibandingkan Xiaomi Redmi Note 3 Snapdragon namun silahkan lihat harga begitu jauhnya.
Namun apa yang membuat Xiaomi mampu memberikan harga yang relatif murah? Salah satunya yang saya alami dan sesuai dengan judul "Satu Merk/Model Namun Beda Rasa". Pertama saya membeli ponsel Xiaomi Redmi Note 3 (Mediatek Version) pada Desember 2015, ponsel dibeli dari distributor karena memang ternyata Redmi Note 3-Helio X10 ternyata hanya dijual dipasar China, memang kurang ajar juga banyak distributor ponsel dari Indonesia ini. Tidak lama setelah itu yakni dibulan Februari 2016, muncul varian baru dengan spek yang jauh lebih baik yakni Redmi Note 3 Pro(Snapdragon Version). Karena jengkel maka saat itu tidak diputuskan untuk langsung membeli tapi mencoba beralih pada vendor besar Samsung Galaxy S7 Edge dengan pertimbangan tidak perlu banyak mikir karena harga mahal, namun sama "Nama Besar, Harga Mahal, Design Mantab tapi Barang Mengecewakan" (Silahkan Baca #S7EdgeFailed). Bersyukurnya bisa kembali duit semua walaupun dengan kerugian waktu, tenaga dan dana yang tidak terlalu banyak. Akhirnya bulan Mei diputuskan untuk meminang Redmi Note 3 Pro Snapdragon 650.
--Skip-Skip-Skip-Hanya-kecewa--dengan-LTE/4G-yang-di-lock-karena-XiaomiIndonesia-TKDN-failed.

- Biasanya Versi Vendor atau FansBoy - Vendor smartphone akan berkilah bahwa kapasitas produksi LCM panel satu vendor berbeda-beda (Tidak mampu memenuhi kebutuhan) // Normatif Banget khan. Apa tidak ada QC?
- Versi Saya - Itulah salah satu cara menekan biaya produksi, yang pertama diberi yang baik ketika banyak orang mulai mencari diberi yang harganya lebih murah dikit, dan mungkin BOE yang termurah hahahaha. Akan dilihat karena karakteristik layar masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.
Akhir kata itulah makna "Satu Merk dan Model Namun Beda Rasa". Tulisan berikut akan coba menulis tentang LCM panel kedua merk supaya rekan-rekan yang tidak suka dengan "kuning sexy" bisa menanyakan terlebih dahulu kepada si penjual.
3 Komentar
kuning sehat untuk mata
BalasHapusBang kalo ebbg vendor dari mana?
BalasHapusSaya beli Redmi Note 4X (Distributor), dapet yang Tianma. Kata orang" sih itu kualitasnya paling bagus bwt Xiaomi (lbh awetlah) dan gaada kekuning"an juga.
BalasHapus